Batu Bara

Batu Bara

Senin, 30 Maret 2015

BAHAN GALIAN



BAB 1
BAHAN GALIAN

1.1  Pendahuluan
Bahan galian adalah unsur kimia, mineral bijih, dan segala macam batuan tambang, batu yang merupakan endapan alam yang dapat ditambang secara ekonomis.

1.2  Penggolongan Bahan Galian
Penggolongan bahan galian yang berlaku saat ini adalah berdasarkan PP Nomor 27 Tahun 1980. Adapun dasar dari penggolongan bahan galian ini adalah : terdapatnya suatu bahan galian di alam, penggunaannya sebagai bahan industri, nilai strategis dan ekonomis bagi negara, pemerataan kesempatan berusaha, dan penyebaran pembangunan pertambangan di seluruh Indonesia. Tiga golongan bahan galian menurut PP Nomor 27 Tahun 1980 terdiri atas :
1)    Bahan Galian Golongan A (bahan galian strategis), yaitu bahan galian bernilai strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Contoh : minyak bumi, gas alam, batubara, bahan galian radio aktif, nikel, timah, dan kobalt.
2)    Bahan Galian B (bahan Galian Vital) yaitu bahan galian yang dapat menjamin hajad hidup orang banyak. Contoh : besi, emas, mangan, khrom, bauksit, tembaga, timbal, seng, perak, platinum, intan, belerang, dll
3)    Bahan galian golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk golongan A & B atau bahan galian industri konstruksi. Contoh: nitrat, fosfat, garam, batu, asbes, talk, mika, grafit, magnesit, batu permata, pasir kuarsa kaolin, feldspar, batu gamping, obsidian, granit, batu kapur, dolomite, andesit, kalsit, dll.






1.3  Bahan Galian Batubara
Salah satu dari bahan galian di atas yang akan dibahas lebih lanjut adalah batubara dan aplikasi studi geologi dan tambang. Hal ini mengingat bahwa lokal propinsi (KALTIM) kita yang eksis di bidang usaha batubara dan telah menjadi income asset  yang sangat besar bagi negara selain bahan galian minyak dan gas bumi. Selain itu di bidang edukasi, sekolah khusus dan universitas di KALTIM membuka jurusan teknik geologi tambang, sehingga penting kiranya tulisan ini dispesifikasikan untuk menyampaikan informasi tentang bahan galian tersebut.

1.3.1 Sebaran Sumber Daya Batubara
Sebaran batubara dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek ruang dan waktu, keduanya dikendalikan oleh faktor geologi.
Aspek ruang berkait dengan keterdapatannya yang hanya dijumpai pada tempat-tempat tertentu saja. Lapangan batubara (coal field) besar di dunia dan biasanya diikuti dengan produksi yang besar pula antara lain di USA, Inggris, Jerman, Rusia, Cina, Australia, Afrika Selatan, Kanada, Polandia, India, dan termasuk Indonesia. Negara-negara tersebut memproduksi hampir 2/3 dari produksi batubara dunia dengan cadangan di atas 90% dari cadangan dunia. Di samping itu, negara-negara tersebut memiliki batubara dengan derajat bervariasi dari brown coal sampai anthracite  (Tabel I.1).
Aspek waktu ditandai oleh terbentuknya batubara pada periode-periode tertentu saja. Hal ini disebabkan oleh evolusi tumbuhan dan iklim yang merupakan faktor penting dan juga menentukan kapan serta di mana batubara terbentuk. Kedua faktor tersebut juga dikendalikan oleh faktor geologi (geotektonik) yang merupakan faktor umum dan dominan. Bermacam tumbuhan yang dikenal pada saat ini telah mengalami proses evolusi yang sangat panjang mulai dari Jaman Devon sampai puncaknya pada Jaman Karbon. Pada tersier, tumbuhan rawa mempunyai ragam yang lebih banyak dibandingkan Jaman Karbon.


Country
(main 13 Country)
Mineable Coal Reserves
by Rank
World Coal Reserves
Mineable Coal
Reserves By
Mining Method
Antrhra
cite/bitu
minous
coal
Sub-
bitumi
nous
Brown
coal
Mine-
able
Proved
Under Ground
bituminous
sub-bitumi
nous
Open Cut
bituminous
sub-bitumi
nous
Soviet
Union
104,000
37,000
109,000
241,000
287,000
83,200 (80%)
22,200 (60%)
20,800   (20%)
14,800   (40%)
USA
106,495
102,515
31,548
240,558
431,455
85,196 (80%)
67,660 (66%)
21,299   (20%)
34,855   (34%)
China
62,200
33,700
18,600
114,500
286,400
57,846 (93%)
 4,354     (7%)
Australia
45,340
3,700
41,900
90,940
116,820
24,937 (55%)
   20,403   (45%)
India
68,047
-
1,900
69,947
222,892
8,166 (12%)
   59,881   (88%)
Germany
24,000
-
43,300
67,300
122,000
-
-
S.Africa
55,333
-
-
55,333
121,218
22,687 (41%)
   32,646   (59%)
Poland
29,100
-
13,000
42,100
79,063
-
-
Indonesia
962
7,054
24,047
32,063
32,063
818 (85%)
       144   (15%)
     1,905   (27%)
Canada
4,509
1,287
2,827
8,623
20,790
5,149 (73%)
3,968   (88%)
   1,287 (100%)
Columbia
4,240
299
-
4,539
-
541 (12%)
4,028   (95%)
179   (60%)
Thailand
-
170
929
999
-
      212   (5%)
120 (40%)
170 (100%)
N.Korea
300
300
-
600
-
-
-



Tabel 1.1 Cadangan Batubara Dunia
Cadangan di atas berdasarkan derajat batubara dan metode penambangannya (World Energy Council : Survey of Energy Resources, 1995)







1.3.2 Industri Batubara di Indonesia
 Industri batubara merupakan rangkaian atau mata rantai yang panjang dari  
 kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pengangkutan, penumpukan, 
 sampai batubara.

 1.3.2.1 Batubara Sebagai Sumber Energi
Penggunaan berbagai jenis batubara ditentukan oleh sifat fisik dan  kimia serta didasarkan pada pertimbangan ekonomi.
Meskipun demikian, sekitar 66% produksi batubara dipergunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan 23% digunakan untuk industri besi dan baja, sedangkan sisanya untuk pabrik semen, pabrik ubin, batubata, dan bahan kimia.
Steaming coal, digunakan untuk menghasilkan uap pada pembangkit tenaga listrik, hampir semua barubara secara teknis cocok, lebih mudah dan tidak memerlukan penerapan khusus. Spesifikasi batubara yang disyaratkan umumnya rendah untuk kandungan abu, sulfur, dan air bebas, sedangkan nilai kalori kotor tinggi (bermacam-macam). Pada cooking coal  yang digunakan untuk pabrik besi dan baja, agak jarang dijumpai dan masih memerlukan kriteria fisik dan kimia.  Spesifikasi yang diminta kandungan abu rendah, nilai kalori kotor tinggi, khususnya kemana batubara akan mengembang dan meleleh menjadi coke yang baik bila dipanaskan (free swelling index). Oleh karena itu, cooking coal mempunyai harga jual yang tinggi dibanding steaming coal.

1.3.2.2 Status Industri Batubara di Indonesia
Terhitung sampai dengan tahun 1998, diketahui bahwa perkembangan batubara berdasarkan tahapan kegiatannya sesuai aturan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum dikelompokkan menjadi tahap penelidikan umum, tahap eksplorasi, dan tahap ekploitasi.
Kegiatan tersebut hampir tersebar di sebelas provinsi di Indonesia, adapun jumlah perusahaan yang terlibat mencapai 184 perusahaan dengan perincian : 8 perusahaan pada tahap penyelidikan umum, 80 perusahaan pada tahap eksplorasi, dan 41 perusahaan sudah mencapai tahap eksploitasi (Tabel I.2).

Tabel 1.2 Kegiatan Kuasa Pertambangan
No.
Propinsi
Penyelidikan
umum
Eksplorasi
Ekspoitasi
1.
D.I.Aceh
 1       4,029
2.
Sumatera Utara
3 – 92,720
 2       6,002
3.
Sumatera Barat
 6     34,095
 7     24,775
4.
Riau
 5    
 1          617
5.
Jambi
 6     24,172
6.
Sumatera Selatan
 5  – 160,981
 2     29,260
7.
Bengkulu
12 –   86,370
10 –     5,447
8.
Jawa Timur
 3       9,930
9.
Kalimantan Selatan
2 – 11,522
11 –   81,150
13 – 261,127
10.
Kalimantan Timur
3 – 64,430
28 – 180,600
10 – 111,851
11.
Sulawesi Selatan
2        9,547
Keterangan : 3 (jumlah perusahaan) - 64,430 (luas konsesi dalam Ha)

1.3.3 Pengetahuan Studi  Geologi Batubara
         1.3.3.1 Pengetahuan Geologi yang Disyaratkan
                      1)  Sedimentologi
2)    Stratigrafi
              3)   Paleontologi (Paleobotani)
              4)   Geologi Struktur
              5)   Geologi sejarah
             6)   Petrologi
             7)   Geomorfologi
                             Pengetahuan pendukung : Geohidrologi, Geoteknik,  Pengetahuan Teknik Tambang, Perpetaan, Geologi Tata Lingkungan, Teknik Komunikasi, Geofisika.
1.3.3.2 Geologi Batubara
Sesungguhnya studi geologi batubara selain untuk pengembangan pengetahuan tentang batubara berdasarkan pendekatan kaidah-kaidah geologi, adalah juga untuk memberikan sumbangan kepada pengembangan suatu industri batubara. Oleh karena itu, hasil akhir dari studi batubara selalu mengarah kepada pemahaman yang lebih baik mengenai aspek geometri lapisan batubara, aspek kualitas batubara, dan aspek rekayasa mengenai kondisi lapisan penutupnya.

1.3.3.4 Aplikasi Geologi Batubara
   1) Berdasarkan aspek aplikasi studi geologi batubara, tentunya  akan dipakai untuk mendapatkan dan memastikan keberadaan endapan batubara. Dengan kata lain, dalam pelaksanaannya akan mengarah dan berlanjut kepada kegiatan eksplorasi dan bahkan dapat diproduksi. Untuk itu harus disadari oleh seorang ahli geologi yaitu harus memilki kemampuan analisis yang baik dalam menerapkan ilmu geologi untuk merencanakan dan melaksanakan  suatu kegiatan eksplorasi. Ahli geologi adalah orang yang mampu menerangkan/menjelaskan masalah gejala geologi di dalam kerak bumi : bagaimana perkaranya, mengapa batubara ada di sana, serta faktor-faktor yang mengendalikannya secara ilmiah. Tugasnya yang utama adalah menghasilkan peta geologi yang baik dan benar yang menggambarkan keadaan pada waktu pemetaan dilaksanakan. Peta geologi adalah catatan fakta geologi yang didapat dari lapangan dan bukan dari teori.
2)   Selanjutnya ahli geologi harus mampu mengkonstruksi model endapan batubara yang berada di daerah tersebut. Model geologi ini penting karena akan memberikan keterangan yang sangat berharga untuk menentukan teknik yang akan ditetapkan pada daerah eksplorasi.
3)   Permasalahan ahli geologi di dalam kegiatan eksplorasi :
-        Diharapkan dapat mengusahakan suatu konsepsi geologi baru sehingga dari hasil yang didapat akan sangat membantu kegiatan eksplorasi, juga harus mempelajari bidang eksplorasi.
-        Di samping pekerjaan deskriptif, maka dituntut pula harus lebih banyak menekankan segi kuantitatif dan analitik.
-        Seorang ahli geologi eksplorasi adalah seorang ahli geologi yang juga perlu memahami masalah sosial, ekonomi, lingkungan, dan aspek rekayasa. Jadi tanggungjawabnya berkisar antara eksplorasi geologi klasik, ekologi, dan aspek ekonomi.
Oleh karena itu seorang/calon ahli geologi yang berminat bergerak di bidang aplikasi studi geologi batubara dituntut mempunyai kelebihan dibanding sebagai ahli geologi pada umumnya, yaitu :
-        Untuk mempelajari genesa batubara diperlukan pengetahuan pendukung yaitu ilmu botani, kimia dan fisika, di samping geologi.
-        Mampu mengoleksi data, sehingga dapat memisahkan dan menentukan coaly clay, mineable seam, karakteristik roof dan floor, serta korelasi.
-        Pemahaman geometri dan kualitas batubara dalam ruang dan waktu.
-        Peka akan masalah sosial dan ekonomi. Pengetahuan luas tentang rekayasa dan pengolahan batubara, serta pekerjaan di bidang lainnya yang bersinergis. Pengetahuan tersebut penting di dalam rangkaian dari suatu industri pertambangan batubara.
-        Mempunyai pengetahuan tentang tambang serta mengerti hubungan antara data atau kondisi geologi dengan perencanaan tambang.
-        Mengetahui tentang karakteristik lapisan penutup, kondisi hidrogeologi, teknik pemboran, geologi teknik, dan maslah lingkungan (penambangan berwawasan lingkungan dan reklamasi lahan bekas tambang).

1.3.3.5 Faktor Geologi yang Mempengaruhi Penambangan  Batubara
Beberapa faktor geologi yang memepengaruhi pada kegiatan penambangan batubara, adalah sebagai berikut :
1)    Karakter batubara : komposisi (kualitas), nilai kalori, kekerasan (ketahanan terhadap gerusan), mudah terbakar, sifat coking atau sifat khusus lainnya.
2)    Karakter lapisan batubara : kemenerusan, sebaran, kehadiran parting dan karakteristiknya, kondisi roof dan floor, kedudukan lapisan batubara, dan tebal.
3)    Kedalaman dari permukaan : karakteristik struktur (sesar, lipatan, kekar), karakteristik lapisan penutup (tebal dan sifat fisik), kemiringan perlapisan
4)    Adanya material pengotor atau yang bersifat merugikan batuan,  terobosan,  air, gas, dan abu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar