PENGENALAN
UMUM
Batubara merupakan endapan organik yang mutunya sangat ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain tempat terdapatnya cekungan , umur dan
banyaknya kontaminasi. Didalam penggunaannya perancangan mesin yang
mempergunakan batubara sebagai bahan bakr harus menyesuaikan dengan kualitas
batubaranya agar mesin yang dipergunakan tahan lama.
Batubara merupakan bahan baku
pembangkit energi yang dipergunakan untuk industri. Mutu dari batubara akan
sangat penting dalam mentukan peralatan yang dipergunakan. Untuk mengetahui
kualitas suatu batubara maka yang terlebih dahulu kita harus perhatikan adalah:
§ Komposisi kimia batubara
§ Sampling batubara
§ Analisa kimia batubara
§ Klasifikasi dan tingkatan batubara
Dari masing-masing unsur yang kita bicarakan diatas akan dibahas
pada uraian dibawah ini.
I. KOMPOSISI KIMIA BATUBARA
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan
komposisi utama dari cellulosa.
Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh
faktor fisika, kimia alam akan merubah cellulosa menjadi lignit, sub-bitomine,
bitumine dan anthrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat digambarkan sebagai
berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8CH2O +
6CO2 + CO
cellulosa lignit gas metan
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +
6CO2 + CO
cellulosa bitumine gas metan
keterangan :
cellulosa (zat organik) yang merupakan zat pembentuk batubara.
Unsur C dalam Lignit lebih sedikit dibanding bitumine.
Semakin banyak
unsur C lignit semakin baik mutunya.
Unsur H dalam Lignit lebih banyak dibandingkan pada bitumine.
Semakin banyak
unsur H Lignit makin kurang baik
mutunya.
Senyawa CH4 (gas
metan) dalam lignit lebih sedikit
dibandingkan dalam bitumine.
Semakin banyak
CH4 lignit semakin baik kualitasnya.
Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification
akan masuk kedalam celah celah vein
batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas yang sudah terakumulasi didalam celah
vein. Terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperatur, karena
tidak dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh
sebab itu mengetahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penambangan
yang akan dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.
II. SAMPLING BATUBARA
II.1. PENDAHULUAN
Sampling secara umum dapat didefinisikan sebagai; “Suatu proses pengambilan sebagian kecil
contoh dari suatu material sehingga karakteristik contoh material tersebut
mewakili keseluruhan material”.
Didalam industri pertambangan batubara, sampling
merupakan hal yang sangat penting, karena merupakan proses yang sangat vital
dalam menentukan karakteristik batubara tersebut. Dalam tahap explorasi,
karakteristik batubara merupakan salah satu penentu dalam study kelayakan apakah batubara tersebut cukup ekonomis untuk
ditambang atau tidak. Begitu pun dalam tahap produksi dan pengapalan atau
penjualan batubara tersebut karakteristik dijadikan acuan dalam menentukan
harga batubara.
Secara garis besar sampling dibagai
menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan dimana batubara berada dan
tujuannya yaitu; Exploration sampling, Pit
sampling, Production sampling, dan
loading sampling (barging dan transhipment)
Explorasi sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas batubara baik
dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail lagi dengan
cara pemboran atau drilling. Tujuan
dari sampling di tahap ini adalah
untuk menentukan karakteristik batubara secara global yang merupakan
pendeteksian awal batubara yang akan diexploitasi.
Pit sampling dilakukan setelah
explorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan progress tambang didalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan data yang sudah
ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini dilakukan oleh pit control untuk mengetahui kualitas
batubara yang segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengkontrol
kualitas batubara yang akan ditambang dalam jangka waktu short term. Pit sampling ini juga dapat dilakukan dengan pemboran
juga dengan channel pada face penambangan kalau diperlukan untuk
mengecek kualitas batubara yang dalam progress ditambang.
Production sampling; dilakukan setelah
batubara di proses di prosesing plant
dimana proses ini dapat merupakan penggilingan (crushing) pencucian (washing),
penyetokan dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas
batubara yang akan di jual atau dikirim ke pembeli supaya kualitasnya sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Dengan diketahuinya kualitas batubara di stockpile
atau di penyimpanan sementara kita dapat menentukan batubara yang mana yang
cocok untuk dikirim ke Buyer tertentu
dengan spesifikasi batubara tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) batubara-batubara yang ada di
stockpile atau pun dengan single source dengan memilih kualitas
yang sesuai.
Loading Sampling;
Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya
dilakukan oleh independent company
karena kualitas yang ditentukan harus diakui dan dipercaya oleh penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer). Tujuannya adalah menentukan
secara pasti kualitas batubara yang dijual yang nantinya akan menentukan harga
batubara itu sendiri karena ada beberapa parameter yang sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas actual
pada saat batubara dikapalkan.
Sampling, preparasi dan analisa sample batubara
dengan berbagai tujuan seperti telah dijelaskan di atas,dilakukan dengan
menggunakan standard – standard yang telah ada. Dimana pemilihannya tergantung
keperluannya, biasanya tergantung permintaan pembeli atau calon pembeli
batubara. Standard yang sering digunakan untuk keperluan tersebut diantaranya ;
ASTM
(American Society for Testing and Materials), AS (Australian Standard),
Internasional Standard, British Standard, dan banyak lagi yang lainnya
yang berlaku baik di kawasan regional maupun internasional. Dalam pembahasan
Sampling, preparasi dan analisa di bab-bab berikut ini adalah mengambil salah
satu standard yaitu ASTM standard karena standard ini yang paling sering
digunakan di PT. Mahakam Sumber Jaya.
II.2. PENGGOLONGAN SAMPLING
II.2.1. Berdasarkan metoda pelaksanaannya sampling
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu;
II.1.1 Manual sampling
II.1.2 Mechanikal sampling
II.2.2. Sedangkan berdasarkan teknis pengambilannya
Sampling dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut;
II.2.2.1 Core Sampling
Sampling batubara dari
borehole (drilling) memiliki perbedaan-perbedaan dengan jenis-jenis sampling
yang lainnya. Dimana sample batubara pada jenis sampling ini diambil secara
mekanikal yaitu dengan core . Jadi yang dimaksud dengan core sampling ini lebih
ditujukan bagaimana terhadap prosedur treatment atau penanganan untuk sample
yang telah didapat dari borehole tersebut sampai sample tersebut dikirimkan ke
laboratorium. ASTM sendiri menspesifikasikan prosedure pengambilan sample dari
core ini dalam ASTM D 5192 – 95. Practice for collection of coal samples from
core.
Core Sampling terdiri atas :
-
Exploration sampling
-
Deep drilling
-
Shalow drilling
-
Pit sample
-
Pit drilling
II.2.2.2 Channel
sampling
-
Explorasi sampling
-
Outcrop sampling
-
Pit sampling
-
Seam face sampling
II.2.2.3. Bulk sampling
-
Stasionary sampling
-
Stockpile sampling
-
Wagon sampling
-
Coal truck sampling
-
Moving sampling
-
Cross belt sampling
-
Stop belt sampling
-
Falling stream sampling
-
Moving bucket sampling
-
DLL.
III. ANALISA KIMIA BATUBARA
Analisa batubara
banyak macammya, tetapi pada umumnya anlisa yang dipakai oleh beberapa
perusahaan hanya mengunakan parameter analisa Total Moisture, Proximate, Total
Sulfur, Caloric Value, dan Relative Density. Pada Perusahaan PT. Mahakam Sumber
Jaya analisa yang dipakai adalah TM, Proximate, TS, CV, RD, Ash Analysis, Ash
Fusion Temperature, Ultimate, HGI dan Major Trace Element Analysis, berikut
akan kami terangkan satu demi satu.
III.1. TOTAL
MOISTURE
Total moisture biasanya ditentukan
pada batubara mulai dari explorasi sampai transshipment.
Dalam explorasi, TM ditentukan untuk
memperkirakan nilai TM batubara in-situ
sekaligus untuk menentukan nilai surface
moisturenya dari selisih antara TM dan EQM. Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh
n
Luas permukaan batubara (size distribusi),
n Cuaca
n Coal Properties
Dalam penjualannya nilai
TM sangat diperhatikan dan menentukan harga dari batubara tersebut selain
berpengaruh pada nilai parameter-parameter
lain dalam basis as received
III.2.1.
PROXIMATE
Analisa ini merupakan analisa standard yang digunakan
berbagai perusahaan batubara untuk menentukan qualitas dari suatu seam batubara
pada suatu daerah. Rangkaian analisa ini menghasilkan qualitas dari batubara
meliputi IM, ASH,VM, FC, dan TS. Tetapi pada umumnya suatu company menggolongkan analisis TM, IM, ASH, VM, FC, TS, CV, dan RD
menjadi satu yaitu analisis Proximate. Pembahasan dari
masing-masing analysis akan diterangkan dibawah
III.2.2.
MOISTURE
Moisture yang terdapat dalam batubara pada prinsipnya
terdiri dari dua jenis yaitu Inherent Moisture dan Extraneous
Moisture. Inherent moisture
nilainya relatif tetap, tidak fluktuatif dan tidak terpengaruh oleh humiditas
dan juga tidak dapat dihilangkan dengan air drying pada ambient temperature.
Inherent moisture ini hanya bisa dihilangkan dengan pemanasan dengan
temperature diatas 100 derajart Celsius. Sedangkan Extraneous moisture adalah moisture yang berasal dari luar seperti
dari air hujan, air siraman air genangan dan lain-lain. Moisture ini sering
juga disebut surface moisture karena
dianggap moisture ini hanya berada dipermukaan partikel batubara. Moisture ini
ada di dalam batabara setelah batubara terbentuk. Nilai dari moisture ini
berubah-ubah sesuai dengan perubahan humiditas dimana batubara tersebut berada.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya
nilai moisture ini adalah ;
1.
Luas permukaan batubara
2.
Banyaknya air yang tercurah
kedalam batubara tersebut.
Total Moisture adalah jumlah dari kedua jenis moisture
tersebut.
TM = IM + EM
Istilah TM. IM dan EM diatas adalah
merupakan istilah pengertian atau filosofi bukan merupakan istilah
parameter.
Metoda penentuan moisture
bermacam-macam jenis parameternya tergantung dari interpretasi dari nilai moisture yang diinginkan. Beberapa
contoh parameter dari moisture adalah
sebagai berikut ;
·
Total Moisture (disebut juga ; as received moisture, as sampled moisture)
·
Air dried moisture (disebut juga ; Inherent
moisture (AS standard), moisture in the analysis sample, as determined
moisture, as analysed moisture)
·
Equilibrium moisture (EQM) (disebut juga ; Inherent
moisture(ASTM), in-situ moisture, bed moisture, Moisture Holding
Ccapacity (MHC dalam ISO) )
·
Transportable moisture /
flow moisture.
Selain istilah-istilah
moisture diatas yang merupakan parameter, ada juga istilah lain yang merupakan
tahapan penentuan TM yaitu Air dry
loss moisture, free moisture, dan residual moisture. Akan tetapi nilainya tidak biasa
dilaporkan secara individual melainkan dilaporkan sebagai gabungan yaitu
sebagai Total moisture.
Didalam industri
perbatubaraan nilai moisture merupakan parameter yang pasti ada dalam transaksi
jual beli batubara dan sangat diperhatikan dikarenakan oleh pengaruh negative
dari nilai moisture ini.
Pengaruh negative secara komersial adalah ;
1.
Mengurangi volume batubara itu
sendiri secara kuantitas
2.
Menambah energy untuk menaikan
temperature baik pada primary air
maupun secondary air pada saat
injeksi PCI fuel dilakukan kedalam boiler. Biasanya hal ini terjadi apabila
batubara yang digunakan di Power station
dengan cara injection.
3.
Moisture adalah non combustible material
dalam batubara bahkan sebaliknya ikut mengkonsumsi panas pada saat batubara
tersebut dibakar sehingga mengurangi panas yang dihasilkan dari pembakaran
batubara tersebut.
Untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh
berkurang atau bertambahnya volume batubara yang diakibatkan oleh naik turunnya
moisture (no. 1), didalam kontrak
jual beli batubara biasanya selalu ada price
adjusment yang seiring dengan naik turunya nilai moisture. Adjustmentnya ada yang langsung ke kuantitas yaitu dengan
mengkalkulasi pertambahan moisture
sebagai volume batubara yang hilang, sehingga dengan suatu formula akan didapat
adjustment tonnase actual yang akan dijadikan dasar pada paymentnya.
Ada pula adjustment langsung
dengan pengurangan atau penambahan dasar harga per ton batubara seiring dengan
naik turunya moisture tersebut. Bahkan banyak juga yang menempatkan nilai
moisture ini dalam term rejection limit. Sedangkan untuk
megurangi kesalahan perkiraan nilai kalori yang dihasilkan didalam
penggunaannya (no. 3), biasanya Buyer
juga membuat spesifikasi nilai kalorinya dalam basis NAR (Net as received) Karena nilai kalori dalam basis inilah yang lebih mendekati ke
actual kalori yang dihasilkan pada saat batubara tersebut dibakar.
Jadi jelaslah bahwa betapa berartinya nilai moisture dalam batubara terutama untuk
tujuan komersial. Tentu saja baik Seller
maupun Buyer tidak ada yang mau
dirugikan atas akibat negatif dari nilai moisture
ini. Kalau Buyer berusaha dengan
membuat suatu spesifikasi yang ketat, sebaliknya bagi Seller harus mengupayakan bagaimana caranya untuk mengurangi akibat
dari moisture ini, baik untuk mengkatrol harga dasar maupun untuk mencegah
rejection yang akibatnya sangat fatal bagi Seller.
Selain itu juga untuk menjaga kesan yang baik dan kepuasan bagi Customer dengan memberikan kualitas yang
sama atau paling tidak mendekati guarantee
specification secara konsisten.
III.2.3. ASH
Ash atau abu merupakan istilah umum sebagai sisa pembakaran.
Mineral dalam batubara
digolongkan menjadi tiga kategori yaitu:
n Mineral matter:
unsur-unsur yang terikat secara
organik dalam rantai carbon sebagai kation pengganti hidrogen. Contoh
Kalium dan sodium
n Inherent ash: superfine
discrete mineral yang masih dapat
tertinggal dalam partikel batubara setelah dihaluskan
misalnya alumina dan besi
n Extraneous ash: yang termasuk kedalam
kategori ini adalah tanah atau pasir yang terbawa pada saat penambangan
batubara.
III.2.4. VOLATIL
MATTER
Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam
batubara.Zat yang terkandung dalam volatile matter ini biasanya gas hidrokarbon
terutama gas methane. Volaitile matter
ini berasal dari pemecahan struktur molekule batubara pada rantai alifatik pada
temperature tertentu. Di laboratorium penentuannya
dengan cara memanaskan sejumlah batubara pada temperature 900 derajat Celsius.
Sifat dalam coal
combustion, volatile matter memegang peranan penting karena ikut menentukan
sifat-sifat pembakaran seperti efisiensi pembakaran karbon atau carbon los on ignition. Volatile matter yang tinggi menyebabkan
batubara mudah sekali terbakar pada saat injection
ke dalam suatu boiler.
Volatile matter juga
digunakan sebagai parameter dalam memprediksi keamanan batubara pada Silo Bin, Miller atau pada tambang-tambang
bawah tanah. Tingginya nilai volatile matter semakin besar pula resiko dalam
penyimpananya terutama dari bahaya ledakan.
III.2.5. FIXED
CARBON
Fixed carbon adalah adalah parameter yang tidak ditentukan
secara analisis melainkan merupakan selisih 100 % dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile matter.
Fixed carbon ini tidak sama
dengan total carbon pada Ultimate.
Perbedaan yang cukup jelas adalah
bahwa Fixed carbon merupakan kadar karbon yang pada temperature penetapan
volatile matter tidak menguap. total carbon yang ditentukan pada Ultimate
analysis merupakan semua carbon dalam batubara kecuali carbon yang berasal dari
karbonat.
III.3. TOTAL SULFUR
Sulfur didalam
batubara terdiri dari dua jenis yaitu
n sulfur organik ada dalam batubara seiring dengan pembentukan
batubara dan berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut
n sulfur anorganik. anorganik sulfur berasal dari lingkungan dimana
batubara tersebut terbentuk. Ada
dua jenis sulfur anorganik yaitu
o Pyritic sulfur dan
o sulfat sulfur.
Dalam utilisasi di industri, sulfur yang tinggi dapat
menimbulkan emisi SO2 yang
konsentrasinya tidak boleh tinggi karena dapat menyebabkan hujan asam. Selain
itu SO2 juga termasuk corrosive
constituent bersama chlorine yang
dapat merusak metal dalam boiler.
Analisa reguler yang ditentukan baik untuk explorasi,
produksi, dan shipment adalah total
sulfur yang biasanya ditentukan dengan high
temperature method
III.4. CALORIC VALUE
Nilai Kalori atau Calorific
Value adalah jumlah unit panas yang dikeluarkan per unit bahan bakar
yang dibakar dengan oxygen, nitrogen
dan oksida nitrogen, carbondioksida, sulfurdioksida, uap air
dan abu padat
Penentuan nilai
kalori batubara yang digunakan di sini adalah
dengan alat Calorimeter dengan sistem Isoperibol.
Alat ini menggunakan siklus Isotermik, dimana secara komputerize,
panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara dalam calorimeter
tersebut dikonversikan ke dalam satuan
Calori per gram (Cal/g).
III.5. RELATIVE DENSITY
Relative Density adalah hasil yang
didapatkan untuk mengetahui berat jenis batubara. Apabila suatu seam memiliki
hasil RD, kemudian dikalikan dengan ketebalan batubara akan didapatkan tonase
dari seam tersebut
III.6. ULTIMATE
Ultimate analysis
adalah penentuan karbon dan hidrogen yang ada didalam material yang diperoleh
dan produk gas dari hasil combustion yang sempurna dan penentuan sulfur,
nitrogen dan abu yang ada didalam material, serta perhitungan kandungan
oksigen.
Pada umumnya hasil analisis ini dilaporkan dengan basis daf atau dmmf. Unsur yang diperoleh;
Ø karbon dan hidogen :
pembentuk utama
bahan organik dalam batubara. Terlepas dalam bentuk CO2 dan H2O sewaktu
pembakaran. Akan tetapi CO2 ada juga dari karbonat dan H2O dari lempung
Ø Nitrogen:
Berasosisisai
hanya dengan bahan organi. Dapat memdorong terjadinya polusi bila batubara
terbakar.
Ø Sulfur :
Terdapat dalam 3
bentuk yaitu
> Sulphur
organik : terikat dengan bahan organik
> Sulfur
piritik : bagian dari mineral sulphida
> Sulphat
Sulphur
bermasalah sewaktu pemakaian, karena: korosi, fouling, polusi udara
Ø Oksigen
Okigen pada
batubara diperlukan dari 100% dikurangi jumlah persen karbon, hidrogen,
nitrogen, toatal sulfur dan abu.
III.7. ASH
ANALYSIS
Ash pada
umumnya terdiri dari ikatan dari logam Silikon,
Aluminium, Besi dan Kalsium serta
kandungan lain yang lebih kecil seperti Titanium,
mangan, magnesium, sodium dan potassium
dimana semuanya terjadi dalam bentuk silicates,
oksida, sulphida, sulfat dan phospat.
Element lain seperti arsen,
copper, timbal, nikel, zinc dan uranium
dapat dilaporkan dalam jumlah yang sangat kecil.
Pengetahuan mengenai komposisi sebenarnya dari ash sangat penting
untuk memprediksi karakteristik dan behaviour
batubara jika digunakan dalam berbagai aplikasi di dunia industri.
III.8. ASH
FUSION TEMPERATURE
Ash Fusion Temperature menggambarkan
karakteristik pelunakan dan pelelehan ash,
dan diukur menurut standar prosedur
tertentu dengan cara pemanasan secara gradual terhadap sample yang sudah
disiapkan dalam bentuk cone untuk selanjutnya diamati profil perubahannya.
Temperatur dicatat pada sifat-sifat yang menunjukkan:
o initial Deformation
o Spherical
o Hemispherical
o Flow
III.9. HARDGROVE GRINDABILITY INDEX
Merupakan suatu bilangan yang dapat menunjukkan mudah
sukarnya batubara digerus menjadi bahan serbuk. Makin kecil bilangannya makin
keras keadaan batubaranya. Harga hardgrove
index untuk batubara di Indonesia
berkisar antara 35-60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar